Senin, 23 November 2015

Fasilitas Kampus Kurang Memadai

Palu – Minggu (22/11) Pendidikan pada dasarnya berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, demi terciptanya proses pembelajaran yang efektif, maka perlu fasilitas yang menunjang untuk berlangsungnya proses pembelajaran.
Fasilitas yang dimaksud adalah berupa perabotan serta peralatan yang berada didalam ruang kelas, ketidaksesuaian jumlah kursi diruangan dengan jumlah mahasiswa pun menjadi kendala. Sehingga mahasiswa harus mencari kursi dari ruangan lain yang tidak melakukan proses belajar mengajar. Maupun fasilitas berupa WC yang kurang memadai.
 Di Fakultas saya sendiri, saya lebih meresahkan soal infocus, ada kelas yang sebagian infocusnya masih berfungsi dan ada yang tidak, padahal metode belajar di fakultas saya lebih banyak menggunakan infocus untuk mempresentasekan hasil makalah, kerja kelompok, sambil berdiskusi padahal dari situ tercipta suasana diskusi yang lebih intelektual maupun ilmiah, dan fasilitas seperti infocus sangat berperan penting disini. Kemudian masih banyak buku diperpustakaan di fakultas saya yang masih kurang dan belum lengkap, karena kita tahu bersama perpustakaan merupakan faktor penting yang dapat menunjang kegiatan belajar mahasiswa. Padahal dari situ juga kita bisa mengetahui sejauh mana efektifitas kegiatan perguruan tinggi yang daapat tercapai melalui penggunaan fasilitas buku buku perpustakaan.
Mengenai dana semester mahasiswa yang saat ini jumlahnya terbilang tidak sedikit, seharusnya mahasiswa bisa mendapatkan fasilitas yang sebanding, tapi sampai saat ini seringkali mahasiswa mengeluh mengenai fasilitas yang berada di kampus. Apalagi bila sudah membahas masalah dana, dana pnbp (penerimaan negara bukan pajak) di perguruan tinggi itu ada 5 macam, yaitu seleksi ujian masuk ptn, ukt, dana hibah, hasil penjualan produk pendidikan tinggi seperti proses belajar mengajar. Secara universitas itu bukan angka yang sedikit, memang kita juga bisa melihat bagaimana perkembangan kampus kita yang sekarang begitu luar biasakalau dilihat dari segi fisik. Tetapi faktanya kita masih menerima keluhan yang banyak dari teman-teman mahasiswa mengenai fasilitas, itu artinya sekarang ini masih belum sebanding.
“Harapan saya dalam hal ini terlebih dahulu adalah kita memerlukan kerja sama antara pihak kampus dan juga mahasiswa. Dari pihak kampus harus lebih memperhatikan kebutuhan mahasiswa untuk menjamin kenyamanan dalam proses belajar mengajar dengan menambah fasilitas yang dibutuhkan mahasiswa. Sehingga kampus kita bisa menjadi kampus impian, sekedar ekspetasi atau harapan ke depan menjadi kampus impian artinya harus memiliki differensiasi denagn kampus lain dan hal ini juga ditunjang dengan fasilitas yang memadai. Sehingga harapan kita akan tergolongnya kampus kita yang ideal dapat kita rasakan dan lihat bersama. Namun bukan berarti dengan keterbatasan yang ada saat ini kita hanya meratapinya dengan nasib, masih ada asa yang mungkin bisa membangkitkan semangat kita sebagai mahasiswa dan kampus kita mempunyai peluang yang sangat besar untuk menjadi kampus bonafit dan mengalahkan hegemoni kampus-kampus di pulau Jawa sana. Memang untuk menjadi kampus impian harus dilakukan dengan berkala, tidak serta merta langsung tercapai dan bisa langsung berubah. Saya pikir tatanan serta pola kerja pejabat kampus juga harus di akselerasi, sehingga kampus dambaan rakyat Sulawesi Tengah ini menjadi lebih maju dan berkembang untuk kemajuan daerah serta bangsa kita tercinta ini. Kemudian, dari pihak mahasiswa itu sendiri untuk dapat mentaati tata tertib dan peraturan yang ada dikampus dan menjaga fasilitas-fasilitas yang sudah disediakan oleh pihak kampus. Tanamkan dalam diri kita semua bahwa kampus ini merupakan rumah kita sendiri dan bagaimana kita menjaga rumah kita sendiri begitu pula kita menjaga kampus kita ini”. Ujar Alif Muh Diman selaku Wapresma Untad Palu.
Solusi agar tidak terjadinya penurunan tingkat prestasi mahasiswa akibat dampak fasilitas yang tidak memadai yaitu, pihak kampus harusnya memberikan kenyamanan kepada mahasiswa agar mahasiswa nyaman berada di kampus yaitu dengan menyediakan fasilitas-fasilitas lengkap yang dapat menunjang prestasi akademik Mahasiswa.

Jalan Gelap Rawan Kejahatan

Palu – Minggu (22/11) Warga dan pengguna jalan berharap Pemkot Palu segera merealisasikan rencana pemasangan lampu penerangan jalan. Dengan penerangan yang cukup, keamanan dan kenyamanan berkendara pun dapat terwujud. Harapan warga ini menyusul sering tejadinya tindakan kriminal di sejumlah ruas jalan yang minim penerangan.
Banyaknya infrastruktur yang masih belum memadai, terutama persoalan lampu jalan. Seringkali persoalan lampu jalan ini menjadi keluhan masyarakat di kota Palu. Dikarenakan sering terjadinya aksi pembegalan dan penjambretan.
   Seringkali jalan Soekarno Hatta ini menjadi daerah rawan terjadinya aksi kejahatan yang membuat warga menjadi enggan melewati jalan itu. Jalanan yang sepi dan gelap adalah tempatnya para oknum kejahatan untuk melakukan aksinya. Tidak hanya pada tengah malam aksi kejahatan ini terjadi, tetapi di saat matahari sudah terbenam kawanan aksi pembegalan dan penjambretan tersebut seringkali memulai aksinya untuk mencari mangsa.
   Serta dengan adanya bukit gelap yang berada di kanan kiri jalan, tak sedikit para muda-mudi yang pacaran ditempat itu. Pasalnya bukan hanya hal itu saja yang dapat meresahkan masyarakat tetapi hal itu juga dapat merusak moral generasi bangsa. Padahal hal itu memancing terjadinya tindak kejahatan.

Tak hanya persoalan lampu jalan yang kurang memadai, pengamanan dari pihak kepolisian juga sangat minim. Dengan sering terjadinya aksi kejahatan di wilayah ini, seharusnya pihak kepolisisan turun langsung dalam mengamankan wilayah ini, agar para masyarakat kota Palu tidak merasa resah lagi bila melintasi jalan itu.

Senin, 16 November 2015

Membangun Silaturahmi Dengan Seni



 
            Palu – Jumat (17/11) Berkeinginan untuk menyatukan tali silaturahmi antar masyarakat sekitar, mendorong Pak Hamdy Ali selaku ketua Sanggar Libu Seni Lembantovea dan warga sekitar untuk mendirikan Sanggar Seni yang kemudian berkembang menjadi Sanggar Libu Seni Lembantovea, nama tersebut berasal dari nama orang tua dan karena sanngar seni ini berada di wilayah lembana. Diresmikan pada tanggah 28 Februari 2012.
Saat ini Sanggar Libu Seni Lembantovea berlokasi di Jl. Kalora, kelurahan nunu, kecamatan tatanga,  Palu, Sulawesi Tengah. Awal pembentukan sanggar ini bermula pada saat kerusuhan antara nunu dan tavanjuka, karena para orang tua merasa sangat cemas  bila anaknya ikut terlibat dalam kerusuhan tersebut, jadi Pak Hamdy dan masyarakat sekitar berinisiatif untuk membuat sanggar seni ini, agar para anak-anak muda yang bertempat tinggal di sekitar lembana memiliki kegiatan atau aktifitas yang positif.
Sampai saat ini anggota Sanggar Libu Seni Lembantovea memiliki anggota kurang lebih sebanyak 50 orang, yang berumur sekitar 14 tahun hingga 20 tahun keatas. Terdapat 3 alat musik yang diperoleh dari bantuan kementerian sosial yaitu alat musik gitar, lalove dan jimbe. Genre yang dimainkan adalah music ethnic kaili.
Sampai saat ini aktivitas rutin yang sering dilakukan adalah latihan, untuk waktu dekat ini Sanggar Libu Seni Lembantovea diundang oleh sanggar yang berada di lasoani tepatnya pada tanggal 12 desember mendatang. Sanggar ini sudah seringkali di undang untuk perform. Pernah di undang dalam kegiatan siaran langsung di TVRI Palu, acara di Polres Palu, acara partai, siaran langsung di RRI Palu .
Walaupun sanggar seni ini seringkali di undang dalam acara-acara tetapi tidak pernah mematok tarif dalam setiap performnya. Sanggar Libu Seni Lembantovea memiliki tujuan untuk mengangkat budaya kota Palu, mempersatukan tali silahturahmi dengan sanggar seni lain dan agar dapat terus berkarya.
Dalam kelancaran pembentukan sanggar seni ini, ada juga pihak kepolisian yang turut mendukung, bapak AKP Sudjoko, SH yang pada saat menjabat sebagai Kasat Binmas Polres palu yang juga berperan dalam pembentukan sanggar seni ini. Beliau menghimbau dan mengajak “agar para pemuda di kelurahan nunu bisa mengembalikan nama baik, karena selama ini wilayah nunu dianggap wilayah rawan konflik dan agar para pemuda mengisi waktunya dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Dengan melalui sanggar seni yang menampilkan lagu-lagu ethnic kaili yang mengajak dan melestarikan budaya nenek moyang yang pemberani, cinta damai dan menghargai orang”.